mengapa menolak ilmu tasawuf?

Kalau diterima tuduhan-tuduhan dari sebagian orang yang menolak tasawuf atau ilmu rohaniah atau ilmu zauk, artinya kita telah menganggap syariat Islam itu hanya mengenai kehidupan lahir semata-mata. Seolah-olah tidak ada hubungan langsung dengan soal-soal batin separti persoalan hati atau roh dan nafsu.

Artinya sadar atau tidak, kita telah mengakui bahwa ajaran Islam itu sama saja atau setaraf dengan ajaran-ajaran -isme atau ajaran-ajaran ideologi ciptaan manusia. Yang mana peraturan-peraturan atau hukum-hakamnya hanya mengenai kehidupan yang lahir. Yakni apa yang dapat dinilai oleh mata lahir semata-mata dan tidak ada hubungkait langsung dengan hati atau roh dan nafsu.

Berbahaya sekali jika kita menolak ilmu rohaniah ini. Tentu kita sama sekali tidak akan mempedulikan soal hati, nafsu dan hal ehwalnya. Tentu kita tidak akan ambil perhatian tentang kejahatan nafsu dan tidak anggap penting untuk membersihkan diri dan membuang sifat-sifat jahat tersebut. Sekaligus berarti, manusia tidak lagi bermujahadah untuk membaiki diri agar dapat memiliki sifat-sifat mahmudah (sifat terpuji) dan menumpaskan sifat-sifat mazmumah (sifat terkeji)

Untuk menghuraikan lebih terperinci lagi kita bawakan beberapa contoh.

Umpamanya, selepas memiliki aqidah, mereka cukup hanya sekadar mempraktikkan Rukun Islam yang lima. Boleh jadi mereka suka juga menambah ibadah-ibadah sunat yang lain. Tetapi di waktu itu mereka tidak akan mempersoalkan lagi tentang soal khusyuk atau tidak, ikhlas atau tidak, riyak dan ujub atau tidak, megah dan sombong atau tidak. Mereka tidak akan ambil berat apakah mereka berbuat karena nama dan kemasyhuran atau tidak. Apakah ada udang di sebalik batu dan sebagainya dalam mereka mengajar, belajar, berdakwah, berjuang, berkorban, memimpin, menutup aurat dan lain-lain lagi. Walhal inilah perkara yang paling penting yang mesti dijaga.

Begitu juga kalau dia meninggalkan yang haram, dia tidak akan ambil kira yang batin. Apa sebab ditinggalkannya? Adakah karena takut ditangkap atau karena takutkan Allah? Takut susah atau takutkan Allah. Takut malu atau takutkan Allah. Takut dihina orang atau takutkan Allah. Yang penting pada mereka, cukuplah perintah buat atau perintah tinggal itu ditaati sesuai dengan syariat. Soal-soal hati di waktu itu tidak usah diambil kira sangat. Peranan hati usah diambil kira lagi. Di waktu dia bartindak itu, karena atau mengapa hati itu mendorong bartindak begitu, tidak diambil kira. Yang penting sesuai dengan syariat lahir, itu sudah cukup baginya.

Kalau diibaratkan orang membeli buah, dibelinya karena mempertahankan kualitas kulitnya saja tanpa memikirkan soal isinya. Apakah begitu tindakan kita pada realitinya bila kita membeli buah? Tentu tidak! Sayang kalau kita menerima pandangan ini. Yakni fikir kulit saja, tanpa memikirkan isinya. Ini berarti kita menolak sabda Rasulullah dalam Hadisnya:

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah Taala tidak memandang gambaran rupa kamu dan tidak kepada bangsa kamu dan tidak kepada harta benda kamu tapi Dia memandang hati kamu dan amalan-amalan kamu.” (Riwayat At Tabrani)

Maksudnya: “Sesungguhnya dalam jasad ada seketul daging. Kalau baik daging itu maka baiklah seluruh jasadnya. Jika ia rosak, maka rosaklah seluruh jasadnya. Maka ketahuilah, itulah dia hati.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Juga ia menolak sebahagian daripada ayat-ayat Al Quran.

Maksudnya: “Sesungguhnya hawa nafsu sangat mengajak kepada kejahatan.” (Yusuf: 53)

Maksudnya: “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang-orang yang membersihkannya dan mendapat kecewalah orang yang mengotorinya.” (Asy Syams: 9-10)

Selanjutnya orang yang menolak ilmu rohaniah, mereka akan menafikan adanya ilmu laduni, ilham, kasyaf, firasat, kedatangan hatif dan pertolongan ghaib. Sedangkan perkara perkara yang disebut tadi, selain daripada ada disebutkan dengan ilmiahnya di dalam Al Quran dan Hadis, ia juga telah menjadi pengalaman orang-orang soleh zaman dahulu separtimana yang disebutkan di dalam kitab-kitab muktabar.

Begitulah wahyu Allah dan sabda Rasul-Nya serta hujah sejarah yang ada disebut di dalam kitab, yang menguatkan lagi hujah bahawa soal-soal roh atau hati dan nafsu ini mesti diambil kira. Kesimpulannya, pendapat-pendapat ulama yang menolak ilmu rohaniah ini sudah awal-awal lagi tertolak.

sumber: aboutmiracle.wordpress.com

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑